Saham Asia dibuka menguat, mendorong ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang mencakup kekhawatiran baru soal ketegangan dagang AS–China. Australia hijau di awal sesi, sementara kontrak berjangka Jepang dan Hong Kong memberi sinyal kenaikan. Komentar Jerome Powell soal pasar kerja yang melemah semakin menguatkan peluang penurunan suku bunga Oktober, meski Wall Street sempat tersendat setelah Presiden Donald Trump bilang bisa menghentikan perdagangan “minyak goreng” dengan China.
Di pasar aset lain, dolar melemah, minyak stabil mendekati level terendah 5 bulan, dan emas datar setelah reli tiga hari. Perak sempat “nyungsep” dari rekor tertinggi sepanjang masa. Imbal hasil obligasi 2-tahunan AS bertahan dekat level terendah sejak 2022. Menariknya, indeks saham perbankan besar justru melompat berkat laporan kinerja yang solid—secara tidak resmi membuka musim laba.
Sejak aksi penjualan berbasis tarif pada bulan April, bursa global telah bangkit lagi berkat euforia AI dan harapan pelonggaran moneter pasca penurunan suku bunga The Fed pada bulan September. Namun, ketegangan AS–China yang memanas lagi jadi angin sakal. Analis menilai ini baru “uji nyali” jelang negosiasi di Korea Selatan. Pasar swap sekarang mem-price in total ±125 bps pemotongan hingga akhir tahun depan (dari 4%–4,25%). Powell menilai prospek belum berubah sejak September (saat The Fed memangkas dan memproyeksikan dua pemotongan lagi), Susan Collins dari Fed Boston juga mendukung penurunan suku bunga, dan JPMorgan menyebut sinyal Powell sebagai “konfirmasi kuat”.
Di sisi geopolitik, USTR Jamieson Greer memperkirakan ketegangan ekspor akan menghambat berakhirnya perundingan terbaru—meski sebelumnya Tiongkok memberi sanksi kepada unit AS dari pelayaran raksasa Korea, memanaskan perebutan pengaruh maritim. Wall Street tetap waspada: isu tarif adalah volatilitas besar tahun ini. Bumbu tambahan: survei Bank of America menunjukkan porsi manajer dana yang menilai saham AI “bubble” mencapai rekor; 54% menilai valuasi teknologi sudah kemahalan. Intinya, bulls mengandalkan penurunan suku bunga, tapi dua bayang-bayang-perang dagang dan gelembung risiko AI-masih membuntuti.
Sumber : newsmaker.id
